- Mencari Jalan dalam 'Hwajaeng (和諍)' Wonhyo
- Pentingnya Pedang Firman Tuhan untuk Menyelesaikan Konflik
Meskipun manusia menikmati peradaban ilmiah material yang paling maju dalam sejarah umat manusia dan kapitalisme telah berkembang, konflik antara wilayah, kelas, generasi, ras, dan negara bukannya mereda malah semakin meluas. Dunia tidak bisa lepas dari situasi Yeto (穢土, tanah kotor atau duniawi) karena keserakahan manusia yang tak ada habisnya.
Tidak hanya di masyarakat Korea, tetapi juga di seluruh dunia, manusia mempercepat hilangnya kemanusiaan dengan menderita konflik dan konfrontasi. Ini adalah saat di mana kita merindukan ajaran Wonhyo, yang mengajukan rekonsiliasi dan koeksistensi melalui 'Hwajaeng (和諍)' 1400 tahun yang lalu.
Ajaran yang disampaikan oleh Wonhyo bersama dengan Hwajaeng (和諍) adalah 'Pemikiran Muae (無碍思想)', yang berarti 'jadilah orang yang bebas (自由人) yang tidak terikat pada apapun'.
(Sumber: Surat Kabar Buddhis (http://www.ibulgyo.com Jurnalis Lee Sung-soo, 27 Juni 2024)
'Pemikiran Hwajaeng (和諍) (思想)' adalah doktrin Buddhis yang bertujuan untuk mengubah semua perdebatan menjadi harmoni. 'Hwajaeng' adalah karakteristik terbesar dari Buddhisme di Korea, yang dapat ditelusuri kembali ke Wonkwang dan Jajang di Silla, dan disintesis oleh 'Wonhyo' pada masa sebelum dan sesudah penyatuan tiga kerajaan.
(Sumber: https://encykorea.aks.ac.kr/Article/E0064858 )
Replika potret Guru Wonhyo yang disimpan di Kuil Kozan-ji, Kyoto, Jepang (Foto = Yonhap News)
Biksu Wonhyo (AD 617~686), nama sekuler (俗姓) adalah Seol (薛), adalah salah satu biksu terkenal di Silla. Ia terkenal hingga hampir semua orang Korea mengetahuinya.
Seperti yang ditekankan oleh pemikiran 'Hwajaeng' Wonhyo, 'mengembangkan makna Buddha yang paling adil, dan mengharmonisasikan seratus perbedaan pendapat (開佛意之至公, 和百家之異諍)'. Dengan kata lain, Buddhisme dapat menggabungkan berbagai pemikiran seperti Konfusianisme dan Taoisme. Oleh karena itu, perbedaan budaya tidak berarti bahwa komunikasi dan integrasi tidak mungkin dilakukan.Budaya (文化) harus berinteraksi (交流) agar dapat berkembang (繁榮), dan harus berkomunikasi (疏通) agar dapat saling mengenal.
(Sumber: https://www.nocutnews.co.kr/news/5395427, Wi Xenlong (喻顯龍), peneliti penuh waktu di Institut Studi Peradaban Global, Universitas Studi Bahasa Asing Shanghai (上海), 17 Agustus 2020)
Ketika mempelajari sejarah Korea (韓國史), saya pikir kita harus mengingat Wonhyo, seorang tokoh dari zaman Silla yang bersatu 1400 tahun yang lalu. 'Pemikiran Hwajaeng (和諍) (思想)' yang ia perjuangkan memiliki implikasi yang besar bagi masyarakat Republik Korea saat ini, serta konflik parah yang dialami di luar negeri antara berbagai kubu.
Selama ini, agama Kristen, Buddha, dan Islam telah memengaruhi orang-orang di seluruh dunia, tetapi konflik justru semakin memburuk, dengan meningkatnya perang Rusia-Ukraina, perang Iran-Israel, dan perang perdagangan antara AS dan China.
Doktrin (敎理) dari sudut pandang agama dapat memengaruhi jiwa (魂) manusia, yaitu pikiran atau emosi, tetapi pada akhirnya tidak dapat memengaruhi sifat dasar (本性) manusia yang berakar pada alam bawah sadar (無意識).
'Freud' membagi jiwa manusia menjadi kesadaran, pra-sadar, dan alam bawah sadar, dan menjelaskan struktur kepribadian dengan id, ego, dan superego. Id beroperasi sesuai dengan naluri (慾望) dan prinsip kesenangan (快樂), dan sepenuhnya tidak sadar (無意識). Ego bertindak sesuai dengan prinsip realitas, dan menghubungkan alam bawah sadar dan kesadaran. Superego mencerminkan standar moral dan norma sosial, dan menjadi sumber utama penindasan bawah sadar.
(Sumber: Berita Bandi (https://www.bandinews.com. 09 Januari 2025)
Ini menunjukkan bahwa ada batasan (限界) pada doktrin (敎理) dari setiap agama (宗敎). Untuk mengatasinya, perlu Firman Tuhan yang hidup, yang lebih tajam daripada pedang bermata dua dan dapat menusuk hingga ke sumsum tulang (骨髓) dan organ dalam (肺腑), yang mengungkapkan pikiran dan niat yang ada di dalam hati manusia (Ibrani 4:12).
Ibrani pasal 4
12. Sebab firman Allah itu hidup dan penuh kuasa, lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai ke batas jiwa dan roh, batas sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.
Dengan memahami dan mempraktikkan Firman Tuhan, kita dapat menjalani kehidupan yang lahir baru, dan ketika kita mencapai tahap ini, pemikiran Hwajaeng (和諍) (思想) yang diperjuangkan oleh Wonhyo akan terwujud, Kerajaan Allah (Roma 14:17), tempat damai sejahtera dan sukacita meresap ke dalam hati manusia, akan didirikan.
Roma pasal 14
17. Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
13 Juli 2025 Benar
Komentar0