![translation](https://cdn.durumis.com/common/trans.png)
Ini adalah postingan yang diterjemahkan oleh AI.
Pilih Bahasa
Teks yang dirangkum oleh AI durumis
- Melalui perawatan pasien, saya menyadari betapa berharganya hidup, mengalami kegembiraan dan kesedihan hidup secara bersamaan, dan menyadari nilai hidup yang telah saya lupakan.
- Sebagai seorang dokter, memberikan benih kehidupan kepada pasien lebih dari sekadar praktik medis, tetapi merupakan pengalaman berharga untuk berbagi makna dan nilai hidup.
- Di hadapan kenyataan kematian, saya belajar untuk memiliki keberanian, merenungkan makna hidup untuk mengabdikan diri pada nilai-nilai yang saya yakini benar, dan memperkuat tanggung jawab dan komitmen saya sebagai seorang dokter.
Seperti sedang merenungkan hatiku sendiri, bukannya memeriksa pasien
Hari ini, saat memeriksa pasien rawat jalan, aku merasa seperti itu. Bukannya hanya memikirkan
pasien atau penyakit, aku merasa bisa menjadi dokter yang bisa meniupkan kekuatan hidup. Ekspresi
orang tua yang kulihat di ruang pemeriksaan akan terus terngiang di pikiranku saat aku menjalani
kehidupan sebagai dokter.
Awalnya aku bingung. Ruang pemeriksaan adalah tempat untuk memberi tahu hasil dan menjelaskan
perkembangannya di masa mendatang. Di ruang pemeriksaan harapan (onkologi radiasi) tempat aku
berada, aku bergulat dengan pasien dan mendengarkan musik. Mungkin orang tua juga bingung pada
awalnya. Namun, tidak butuh waktu lama bagi benih kehidupan untuk saling ditularkan.
Kata-kata profesor terkadang membuatku sedih, terkadang membuatku gembira. Aku merasa seperti
mengingat masa lalu, ekspresi yang seakan-akan melewati masa-masa yang penuh penyesalan. Setiap
saat adalah pengalaman yang luar biasa.
Rasa-rasanya aku sedang merenungkan hatiku sendiri, bukannya memeriksa pasien.
Seolah-olah kebahagiaan dan kesedihan kehidupan yang telah lama kulupakan datang bersamaan. “Ah,
inilah kehidupan,” pikirku. Ini adalah saat di mana aku bisa merasakannya. “Jika kau tidak
merasakan dan mengekspresikannya, itu seperti mati, lebih mati daripada kematian,” pikirku.
Pada akhirnya, kita semua akan jatuh sakit dan mati. Tetapi tidak semua orang dapat menanamkan
benih kehidupan kepada orang lain. Kematian selalu ada di dekat kita. Karena itu, kita
membutuhkan keberanian untuk mengorbankan diri dan menghadapi kematian demi nilai dan tujuan yang
lebih besar.
Keberanian untuk menghadapi kebenaran yang selalu ada di dekat kita, tetapi tidak kita lihat.
Terkadang kita harus mengorbankan semua yang telah kita kumpulkan, dan terkadang kita harus
mengorbankan diri kita sendiri, tetapi orang yang mengetahui makna dari tindakan tersebut tidak
akan pernah menyembunyikan keberaniannya. Aku bersyukur memiliki kesempatan untuk menyadari
nilai keberanian sebelum menjalani kehidupan sebagai dokter.
Tidak ada yang tahu apa yang benar dan apa yang salah, atau hidup seperti apa yang baik dan yang
buruk. Tetapi pengalaman gagal dan jatuh ke jurang demi sesuatu yang kau anggap benar,
serta jejak hidup yang kau tinggalkan dan benih kehidupan yang kau tanam di bumi ini tidak akan
pernah sia-sia. Karena mungkin hal-hal seperti itu lebih berharga daripada hidup kita sendiri,
dan mungkin itulah kekuatan yang menopang banyak kehidupan dan kebijaksanaan di bumi ini.
(Esai Praktik Onkologi Radiasi, Fakultas Kedokteran Tahun 4 Kelompok 5, 0rae, 28 Mei 2019)